Setelah kita belajar dengan serius tentang sejarah pemotongan uang macan dan gajah, maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas materi yang lebih ringan, yaitu tanda air pada pecahan 10.000 rupiah garuda seri pekerja 1964. Yang pada KUKI diberikan nomor H-294.
Pekerja 10.000 rupiah 1964 garuda
Pekerja 10.000 rupiah 1964 garuda
Sebagaimana kita ketahui, uang kertas ini mempunyai dua variasi tanda air, yaitu garuda renteng di baris tengah (yang sedikit lebih sulit ditemukan) dan di baris kanan-kiri.
Tanda air garuda renteng baris tengah
Tanda air garuda renteng baris kanan-kiri
Menjadi pertanyaan para kolektor, benarkah memang sengaja dibuat dua variasi ataukah ada hal lainnya yang perlu dicermati? Bila memang sengaja dibuat dalam 2 variasi tanda air, seharusnya terdapat perbedaan pada prefiks nomor serinya, misalnya dari A sampai E baris tengah, lalu mulai dari F dan seterusnya baris kanan-kiri. Tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian. Seringkali ditemukan kedua variasi tanda air tersebut terdapat pada prefiks yang sama, contoh adalah prefiks KWW. Pada dua uang kertas yang berbeda tetapi memiliki prefiks KWW ditemukan kedua variasi tanda air.
Bila benar demikian, bagaimana bisa terjadi dua tanda air yang berbeda bisa dicetak secara bersamaan? Mari kita pelajari bersama.
Ukuran panjang uang kertas ini adalah 170 mm, dan jarak antara kedua tanda air pada variasi baris kanan-kiri adalah 120 mm, berarti ada sisa sekitar 50 mm atau sekitar 25 mm dari pinggir kertas. Perhatikan gambar di bawah.
Jarak antar tanda air 120 mm, lebih pendek dari panjang kertas yang 170 mm
Sedangkan untuk variasi baris tengah, karena tanda airnya tepat di tengah, maka ada jarak sekitar 85 mm ke bagian tepi kertas. Berdasarkan ukuran-ukuran ini, dimana jarak antar tanda air lebih pendek daripada panjang kertas uang, ditambah ditemukannya variasi tanda air yang berbeda pada prefiks yang sama, maka para kolektor dan pengamat uang kertas berasumsi demikian:
Kedua variasi tanda air tercetak secara bersamaan dengan komposisi yang sangat mungkin seperti pada gambar di bawah ini:
Bila asumsi ini benar, maka pertanyaan mengapa pada prefiks yang sama bisa terdapat tanda air yang berbeda menjadi terjawab. Selain itu variasi garuda renteng baris tengah akan dicetak 50% lebih sedikit dibandingkan variasi kanan-kiri. Sehingga tidaklah mengherankan bila variasi baris tengah menjadi lebih sulit ditemukan dan bernilai sedikit lebih tinggi.
Kedua jenis variasi tanda air ini juga ditemukan pada pecahan 5000 rupiah 1958 violet, tetapi komposisi cetaknya terbalik, jenis yang baris tengah 50% lebih banyak dibandingkan dengan yang baris kanan-kiri. Sangat mungkin cara mencetaknya juga mengikuti aturan di atas.
Kesimpulan di atas dibuat berdasarkan perkiraan para kolektor dan pengamat uang kertas, betul atau tidaknya hanya pihak percetakan yang mengetahuinya.
Semoga kisah singkat dan ringan ini dapat menambah wawasan kita semua.
Jakarta 30 Mei 2010
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber:
1. Jurnal rupiah
2. KUKI 2010
3. Katalog lelang Java Auction 2007, 2008, 2009
No comments:
Post a Comment