Seri ini hanya terdiri dari 2 pecahan, yaitu 100 Roepiah dan 1000 Roepiah yang tidak beredar. Mari kita lihat seperti apa bentuknya :
Pecahan 100 Roepiah
Berwarna coklat, di bagian depan terdapat gambar sebuah rumah di tengah pepohonan dan di bagian belakang bergambar seorang petani bersama sepasang ekor kerbau. Uang ini tidak bertanda tangan, tidak memiliki teks undang-undang dan bernomor seri SO.
Pemerintah Dai Nippon 100 Roepiah
Sebagaimana kita ketahui, Jepang menginvasi banyak negara di Asia Pacifik. Setiap negara yang didudukinya dikeluarkan uang kertas yang bentuknya mirip. Masing2 uang kertas tersebut diberikan awalan nomor seri (prefiks) sesuai dengan nama negaranya, seperti :
M untuk Malaya, O untuk Oceania, B untuk Burma (sekarang Myanmar) dan P untuk Pilipina. Sedangkan untuk Indonesia dipakai awalan S.
Yang menjadi pertanyaan mengapa huruf S?. Para sepuh memiliki pendapat mengenai hal ini :
M untuk Malaya, O untuk Oceania, B untuk Burma (sekarang Myanmar) dan P untuk Pilipina. Sedangkan untuk Indonesia dipakai awalan S.
Yang menjadi pertanyaan mengapa huruf S?. Para sepuh memiliki pendapat mengenai hal ini :
Jepang menginvasi Singapore dan Indonesia yang waktu itu masih bernama Netherlands Indies kurang lebih pada waktu yang bersamaan, dan karena jarak Singapore-Indonesia sangat dekat maka Jepang merencanakan untuk membuat satuan mata uang yang sama. Karena itu mereka memakai prefiks S yang mungkin diambil dari kata Singapore atau dalam bahasa Jepangnya disebut Shōnantō.
Jepang tidak memilih huruf I (Indonesia) karena ada beberapa kemungkinan :
1. Bisa keliru dengan angka 1
2. Berhubungan dengan kata Indies yang mengingatkan dengan ex penjajah Belanda
3. Mungkin dipersiapkan untuk India (Jepang berniat menginvasi seluruh Asia)
Karena itu seluruh uang penjajahan Jepang yang diedarkan di Indonesia selalu dimulai dengan huruf S.
Watermark :Jepang tidak memilih huruf I (Indonesia) karena ada beberapa kemungkinan :
1. Bisa keliru dengan angka 1
2. Berhubungan dengan kata Indies yang mengingatkan dengan ex penjajah Belanda
3. Mungkin dipersiapkan untuk India (Jepang berniat menginvasi seluruh Asia)
Karena itu seluruh uang penjajahan Jepang yang diedarkan di Indonesia selalu dimulai dengan huruf S.
Pada beberapa variasi pecahan 100 maupun 1000 Roepiah memiliki watermark bergambar bunga kiri yang tersebar di seluruh permukaan kertas. Bunga kiri (Paulownia) adalah bunga yang harum semerbak dan banyak dipakai sebagai lambang kejayaan para pemimpin Jepang tempo dulu. Bahkan saat sekarang bunga kiri dijadikan lambang resmi Perdana Menteri Jepang.
Lambang Perdana Menteri Jepang, bunga kiri
Bunga kiri
Watermark bunga kiri yang tersebar di seluruh kertas
VARIASI
Menurut Pick, uang yang diberikan nomor urut 126 ini memiliki variasi :
PEMERINTAH DAI NIPPON THE JAPANESE GOVERNMENT 1944-45 ND ISSUE
126 100 Roepiah
ND (1944-45). Brown-violet and dark green. Plate letter S prefix.
Hut under trees on a shore at center.
With Indonesian text: Pemerintah Dai Nippon (The Japanese Government).
Back: Red-brown. Farmer in stream with two water buffalo at center.
a. Engraved face. Standard kiri-flowers watermark
b. Lithographed face, paper without silk threads, block letters SO sans serif, 4mm.
Without watermark.
c. Lithographed face, paper with silk threads, block letters SO not sans serif, 4mm.
Without watermark.
r. Remainder, without block letters SO
s. As a. Specimen with overprint: Mi-hon. SPECIMEN on back
Note: Deceptive counterfeits of #126b exist.
Menurut KUKI dibedakan atas :
H-164 100 Roepiah
a. Cetak dalam, bertanda air
b. Cetak rata, tidak bertanda air, benang pengaman
c. Tanpa huruf
d. Huruf tebal, tanpa bertanda air (palsu)
Yang manapun yang dipakai, intinya uang ini memiliki 4 variasi yaitu :
1. Bertanda air bunga kiri
2. Tanpa tanda air tetapi memiliki benang pengaman
3. Tanpa tanda air maupun benang pengaman alias palsu
4. Specimen, dengan stempel Mi Hon (sample) berwarna merah
Sedangkan variasi tanpa nomor seri sangat mungkin merupakan versi proof, misprint atau unfinished
Variasi Specimen, perhatikan stempel Mi Hon, perforator dan Specimen di bagian belakang
Variasi palsu, perhatikan ketajaman gambar dan huruf SO yang tebal
Harga :
Harga pecahan ini sangat bervariasi, mulai dari beberapa puluh ribu rupiah untuk kondisi biasa sampai sekitar Rp.2 juta untuk kondisi UNC, walaupun kenyataannya sangat sulit menemukan yang berkondisi baik. Harga versi palsu sangat murah, berkisar beberapa puluh ribu Rupiah saja. Harga versi specimen sulit ditentukan karena sangat langka.
Pecahan 1000 Roepiah
Bergambar sama dengan pecahan 100 Roepiah tetapi berwarna hijau. Memiliki tanda air bunga kiri yang mirip dengan pecahan 100 Roepiah dan bernomor seri SA.
Pecahan 1000 Roepiah ini tidak jadi diedarkan, mungkin karena Jepang sudah keburu kalah perang, sehingga seringkali dijumpai dalam kondisi sangat baik.
Pecahan 1000 Roepiah
Bergambar sama dengan pecahan 100 Roepiah tetapi berwarna hijau. Memiliki tanda air bunga kiri yang mirip dengan pecahan 100 Roepiah dan bernomor seri SA.
Pecahan 1000 Roepiah ini tidak jadi diedarkan, mungkin karena Jepang sudah keburu kalah perang, sehingga seringkali dijumpai dalam kondisi sangat baik.
Pecahan 1000 Roepiah Pemerintah Dai Nippon
VARIASI :
Menurut Pick, uang dengan nomor urut 127 ini dibagi atas :
127 1000 Roepiah
ND (1945). Blue-green and purple. Plate letter S pefix.
Pair of oxen pulling cart at center. Lithographed face.
With Indonesian text: Pemerintah Dai Nippon (The Japanese Government)
Back: Dark green. Farmer in stream with two water buffalo at center.
Watermark: Standard kiri-flowers.
a. Issued note.
s. Specimen with overprint: Mi-hon.
Menurut KUKI :
H-165 1.000 Roepiah Tidak beredar
a. 2 huruf/block letters SA
b. Specimen
Variasi yang ada selain issued note adalah specimen dengan stempel huruf Jepang Mi Hon (sample). Tetapi harap diperhatikan keaslian stempel tersebut, bukan tidak mungkin dibuat oleh oknum yang ingin menaikkan harga jual. Karena perbedaan harganya cukup signifikan.
1000 Roepiah specimen Mi-hon
Harga :
Tidak seperti uang2 lainnya yang mengalami kenaikan harga, uang ini justru sebaliknya mengalami penurunan harga yang cukup dalam.
Pada KUKI 1996 harga untuk kondisi UNC adalah Rp.7.000.000
Pada KUKI 2005 harga menjadi Rp.8.500.000 (kenaikan hanya 20% dalam 10 tahun)
Pada KUKI 2010 harga menjadi Rp.9.000.000 (kenaikan hanya sekitar 6% dalam 5 tahun)
Pada KUKI 1996 harga untuk kondisi UNC adalah Rp.7.000.000
Pada KUKI 2005 harga menjadi Rp.8.500.000 (kenaikan hanya 20% dalam 10 tahun)
Pada KUKI 2010 harga menjadi Rp.9.000.000 (kenaikan hanya sekitar 6% dalam 5 tahun)
Walaupun KUKI menyatakan adanya kenaikan harga menjadi sekitar Rp.9 juta, padahal dalam kenyataannya harga saat ini untuk kondisi UNC hanya sekitar 7-8 juta rupiah saja. Karena pada dasarnya uang ini ditemukan dalam jumlah cukup banyak. Pada beberapa lelang internasional terakhir, uang ini hanya terjual dikisaran 7 juta Rupiah saja, yang berarti tidak mengalami kenaikan dalam waktu 15 tahun. Coba bandingkan dengan harga wayang 100 gulden yang di tahun 1996 masih berharga ratusan ribu Rupiah saja.
1996 : Harga wayang 100 VF Rp.500.000
Harga uang ini Rp.7.000.000
2011 : Harga wayang 100 VF Rp.15.000.000 (kenaikan 3000%)
Harga uang ini Rp.8.000.000 (kenaikan 15%)
Harga versi specimen sedikit lebih tinggi, berkisar di 9-10 juta Rupiah (harga di KUKI 2010 Rp.25.000.000)
1996 : Harga wayang 100 VF Rp.500.000
Harga uang ini Rp.7.000.000
2011 : Harga wayang 100 VF Rp.15.000.000 (kenaikan 3000%)
Harga uang ini Rp.8.000.000 (kenaikan 15%)
Harga versi specimen sedikit lebih tinggi, berkisar di 9-10 juta Rupiah (harga di KUKI 2010 Rp.25.000.000)
Kesimpulan seri Pemerintah Dai Nippon
1. Hanya terdiri dari 2 pecahan yaitu 100 dan 1000 Roepiah yang tidak beredar
2. Pecahan 100 terdiri dari beberapa variasi dan sangat sulit dicari yang berkondisi baik
3. Pecahan 1000 tidak mengalami kenaikan harga sehingga kurang menarik untuk dijadikan lahan investasi, tetapi untuk melengkapi koleksi, mau tidak mau pecahan ini harus kita miliki.
Jakarta 28 Februari 2011
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber :
KUKI
Pick
koleksi teman-teman kolektor
Jakarta 28 Februari 2011
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber :
KUKI
Pick
koleksi teman-teman kolektor
No comments:
Post a Comment