Uang di atas adalah ORI 100 Rupiah Baru yang bernomor seri (H-221b)
Uang ini tergolong cukup sulit ditemukan, apalagi dalam kondisi sebaik ini. Tetapi dalam pengamatan sepintas ada sesuatu yang mengusik saya, margin uang ini terlalu putih dan terlalu mulus. Sehingga saya memutuskan uantuk menelitinya lebih lanjut. Saya meletakkan uang tersebut di bawah lampu UV, hasilnya sbb :
Ke 4 sisi margin semua berpendar kebiruan sedang bagian tengah tidak berpendar sama sekali
Untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan maka mau tidak mau harus dibandingkan dengan uang sejenis (orisinal) yang terdapat dalam bentuk uncut 2 lembar. Setelah dibandingkan ternyata kualitas gambar sangat serupa, demikian juga dengan tipe dan warna nomor serinya.
Nomor seri pada uncut orisinal (atas) dan pada uang yang sedang kita bahas (bawah)
Jadi tidak ada keraguan lagi bahwa uang kita ini, baik kertas maupun nomor serinya adalah asli. Kemudian uang yang orisinal saya letakkan di bawah lampu UV dan ternyata tidak memberikan pendaran warna sama sekali, mirip seperti bagian tengah uang yang kita bahas. Berarti kertas bagian margin yang berpendar kemungkinan telah terkena bahan kimia pembersih atau bahkan bukan merupakan kertas asli. Untuk itu perlu diadakan penelitian lebih teliti lagi.
Setelah saya raba dengan seksama serta diterawang dengan menggunakan pencahayaan kuat maka hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Sepanjang tepi margin (atas, kanan, kiri dan bawah) terdapat garis yang teraba menonjol sewaktu diraba, dan setelah dilihat lebih teliti lagi menggunakan pencahayaan kuat dengan sudut yang tepat terlihat dengan jelas garis tersebut.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa margin atau bingkai uang ini merupakan sambungan dan direkatkan dengan ketelitian yang sangat tinggi sehingga tidak terlihat kalau tidak dilakukan dengan pemeriksaan yang super teliti atau dengan bantuan lampu UV. Kemampuan merekayasa uang kuno tingkat tinggi seperti ini waktu itu hanya dimiliki oleh satu dua orang ahli saja dan salah seorang diantaranya yang merupakan maha gurunya telah lama meninggal dunia.
Ingat teman pemilik uang ini membelinya pada tahun 1990an sehingga dapat diperkirakan bahwa rekayasa uang kuno telah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu.
Mari kita lihat tahapan apa yang (mungkin) telah dilakukan pada uang ini:
1. Sangat mungkin uang ini ditemukan bukan dalam bentuk uncut, karena biasanya uang uncut memiliki margin yang cukup lebar dan cukup baik.
2. Margin uang yang mungkin robek atau rusak lalu dipotong, karena tidak mungkin mengganti hanya sebagian saja (akan terlihat belang) maka dipotong ke 4 sisinya.
3. Dibuat margin baru dengan ukuran yang sesuai menggunakan kertas lain yang mengandung pemutih sehingga berpendar bila diletakkan di bawah lampu UV (mungkin kertas HVS biasa). Pelaku tidak memperhitungkan pemeriksaan dengan lampu UV, bila saja dilakukan pada saat ini dimana penggunaan lampu UV sudah meluas, maka dapat dipastikan kertas yang dipakai adalah kertas lama yang tidak berpendar.
4. Kedua kertas disambung dengan menggunakan tehnik yang tinggi dan sangat teliti sehingga tidak terlihat bahkan dengan diterawang sekalipun. Tidak ada penipisan kertas, tidak ada lubang, tidak ada kecurigaan apapun.
5. Lalu di press sehingga sambungan tidak menonjol
6. Terakhir diberi sentuhan artistik dengan lukisan tangan agar sambungan terlihat menyatu dan agar margin tidak terlihat polos. Margin pada uang orisinal tidak seputih uang ini dan uang orisinal tidak memiliki serat sejelas pada uang ini.
Mari kita lihat tahapan apa yang (mungkin) telah dilakukan pada uang ini:
1. Sangat mungkin uang ini ditemukan bukan dalam bentuk uncut, karena biasanya uang uncut memiliki margin yang cukup lebar dan cukup baik.
2. Margin uang yang mungkin robek atau rusak lalu dipotong, karena tidak mungkin mengganti hanya sebagian saja (akan terlihat belang) maka dipotong ke 4 sisinya.
3. Dibuat margin baru dengan ukuran yang sesuai menggunakan kertas lain yang mengandung pemutih sehingga berpendar bila diletakkan di bawah lampu UV (mungkin kertas HVS biasa). Pelaku tidak memperhitungkan pemeriksaan dengan lampu UV, bila saja dilakukan pada saat ini dimana penggunaan lampu UV sudah meluas, maka dapat dipastikan kertas yang dipakai adalah kertas lama yang tidak berpendar.
4. Kedua kertas disambung dengan menggunakan tehnik yang tinggi dan sangat teliti sehingga tidak terlihat bahkan dengan diterawang sekalipun. Tidak ada penipisan kertas, tidak ada lubang, tidak ada kecurigaan apapun.
5. Lalu di press sehingga sambungan tidak menonjol
6. Terakhir diberi sentuhan artistik dengan lukisan tangan agar sambungan terlihat menyatu dan agar margin tidak terlihat polos. Margin pada uang orisinal tidak seputih uang ini dan uang orisinal tidak memiliki serat sejelas pada uang ini.
Pertanyaan selanjutnya, mengapa uang ini direkayasa sampai sedemikian baiknya? Kita tidak akan heran bila rekayasa dilakukan pada pada uang yang kita anggap cukup langka dan bernilai jual tinggi seperti pada wayang 100 Gulden yang telah kita bahas beberapa waktu yang lalu.
Wayang 100 Gulden Repaired
Menurut saya jawaban dari pertanyaan ini bisa dikelompokkan menjadi 2 bagian besar yaitu :
1. Si pelaku cuma iseng saja, entah untuk bahan praktek atau untuk menyelamatkan uang 'biasa' yang mungkin berkondisi kurang baik pada bagian marginnya, atau
2. Pada waktu itu, uang ini sangat sulit ditemukan, sehingga si pelaku rela membuang waktu untuk 'memperbaiki' uang ini.
Jadi, berhati-hatilah dalam membeli uang kuno, para penjual tidak segan2 menggunakan keahlian reparasinya demi mendapatkan keuntungan.
Bila ada komentar, silahkan kirim melalui email.
No comments:
Post a Comment